Pages

Sabtu, 30 Agustus 2014

0 Dari Sempoa ke Mental Aritmetika



1.        Sejarah Perkembangan Sempoa
Sempoa adalah alat hitung tradisional yang berasal dari Asia Timur, seperti Cina, Korea, Taiwan dan Jepang. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sempoa sendiri lahir dari negara arab yang kemudian menyebar ke daratan China yang dibawa oleh para pedagang gujarat sekaligus menyampaikan misi keagamaan (islam). Sempoa itu sendiri awal mulanya adalah sebuah tasbih yang terdiri dari 99 buah manik-manik dan seutas tali yang membentuk lingkaran. Alat ini digunakan sebagai alat untuk berdzikir bagi umat muslim.
Seiring perkembangan zaman, sempoa digunakan sebagai alat hitung tradisional di beberapa negara di Asia Timur. Ditetemukan kurang lebih 1800 tahun yang lalu dan mempunyai inti kerja menaikturunkan biji sempoa dengan tangan secara nyata. Sempoa memiliki beberapa nama khas tersidiri seperti cipoah, abakus, suzhuan atau soroban dan sim suan sesuai dengan negara yang menggunakan alat tersebut. Walapun sempoa berkembang di Asia Timur, namun menurut salah satu sumber, abakus paling tua di dunia ditemukan di Mesopotamia Kepulauan Salamis dan Hiroglif Fir’aun di Mesir. Saat itu, manusia menciptakannya dari gumpalan-gumpalan tanah. Gumpalan-gumpalan inilah yang dinamakan abax (bahasa Yunani) yang kemudian terkenal dengan istilah abacus. Sedangkan dalam perhitungan orang arab atau dunia islam, sejak abad ke-7, mereka menggunakan alat hitung butiran dari batu atau biji kurma.
Bentuk sempoa bermacam-macam, ada sempoa dengan bentuk 2-5 (2 biji sempoa atas dan 5 biji sempoa bawah) sempoa ini dikenal dengan sempoa china, sempoa ini populer dikalangan pedanga tionghoa karena kecepatannya dalam penggunaan transaksi penjualan. Ada lagi sempoa yang lebih sedikit bijinya yaitu sempoa 1-4 (1 biji di atas dan 4 biji di bawah), sempoa ini mulai dipakai dan dimasyarakatkan di Jepang, sehingga sempoa 1-4 dikenal dengan sempoa jepang atau dikenal dengan nama Soroban (bahasa Jepang).
Pada abad ke-20 terjadi penemuan revolusioner seiring dengan penelitian tentang perkembangan otak manusia, yaitu berhitung dengan menggunakan sempoa yang tadinya terikat dengan alat sempoa, terenyata bisa dipindahkan dalam bayangan otak manusia, sehingga proses berhitung lebih cepat lagi dan membantu perkembangan otak. Pendidikan tersebut dikenal dengan Mental Aritmetika. Dalam proses belajarnya, sempoa yang digunakan adalah sempoa sistem 1-4, karena lebih meudah dan memiliki alternatif bentuk dalam proses perhitungan hanya satu saja. Sehingga memudahkan dalam proses membayangkan (mental). Sedangkan pada bentuk sempoa 2-5 lebih sulit untuk dimentalkan karena memiliki banyak alternatif bentuk dalam proses perhitungannya.
Mental Aritmetika adalah berhitung diluar kepala atau mencongak, diambil dari bahasa Inggris Mental Arithmetic. Sedangkan arti bahasa mental aritmetika terdiri dari dua kata yaitu mental dan aritmetika. Aritmetika adalah bagian dari ilmu dasar matematika (sedangkan matematika terdiri dari Aljabar, geometri, aritmatika, trigonometri dll). Aritmetika merupakan dasar bagi manusia untuk berhitung dan berhitung itu merupakan dasar dari beberapa ilmu yang dipakai dalam setiap kehidupan manusia (orang butapun bisa berhitung). Berhitungnya menggunakan alat bantu sempoa. Mental adalah memindahkan sempoa pada bayangan otak sehingga bisa berhitung lebih cepat lagi. Jadi dalam mental aritmetika yang dipelajari hanya berhitung tambah kurang kali dan bagi, tidak ada aljabar, geometri atau bagian matematika yang lain.
Mental Aritmatika ini mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1996 dengan harga kursus yang cukup mahal sehingga hanya kalangan tertentu yang bisa mengikuti pendidikan ini. Kemudian seiring perkembangan zaman dan banyaknya orang yang menguasai sempoa, biaya kursus semakin murah.

2.             Proses Berhitung dengan Sempoa Secara Mental
Mental aritmetika dapat dipelajari serta diaplikasikan kepada semua usia. Tetapi usia ideal untuk menerapkan sistem belajar mental aritmetika adalah anak-anak berusia 5 sampai 12 Tahun, karena pada usia inilah perkembangan otak manusia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Disamping itu pada usia ini anak sudah mulai mengenal perhitungan sederhana. Sehingga pada saat belajar berhitung menggunakan sempoa anak sudah dapat mengaplikasikannya.
Pada tahap awal belajar berhitung (+), (-), (x), (J dengan metode manipulasi biji-biji sempoa (tanpa hapalan). Sampai bisa mengerjakan soal dengan jawaban akurat. Metode berhitung yang dipakai berbeda dengan metode berhitung yang saat ini dipakai. Kalau saat ini kita berhitung dengan menggunakan hafalan tetapi dengan logika sempoa. Jadi dalam mental aritmatika akan mengubah pola berhitung yang selama ini dipakai oleh anak. Selanjutnya perlahan-lahan peran sempoa tersebut dikurangi dan dipindahkan pada bayangan di otak sehingga pada saatnya siswa akan mampu mengerjakan perhitungan yang rumit hanya dengan mengimajinasikan pergerakan biji-biji dari sempoa yang ada pada ingatan anak saja


REFERENSI

Gullberg, J. (1997). Mathematics From the Birth of Numbers.  London: W.W.Norton & Company. ISBN : 0-393-04002-X.
Matlin, M. W. (2009). Cognitive Psychology Seventh Edition International Student Version. Printed In Asia: John Wiley & Sons, Inc.

Menninger, K. W. (1969). Number Words and Number Symbols: A Cultural History of Numbers. MIT Press. ISBN. 0-262-13040-8.
Moon, P. (1971).The Abacus: Its history; its design; its possibilities in the modern world. New York: Gordon and Breach Science
Pullan, J. M. (1968). The History of the Abacus. London: Books That Matter. ISBN 0-09-089410-3.
 



About the Author

I'm Dilipkumar, the founder of Wordpresstoblogger.info. This blogger Template was made by me, if you like it Subscribe to Our Feed and Follow Me on Twitter Wptoblogger

    Other Recommended Posts

0 komentar:

Posting Komentar

 
back to top