Pages

Kamis, 19 Februari 2015

0 Seni dalam Matematika

Oleh : Mokhammad Ridwan Yudhanegara, M.Pd.

Beberapa bulan yang lalu, pada salah satu jejaring sosial dihebohkan dengan permasalahan butir soal tentang perkalian di sekolah dasar, lebih khususnya terkait dengan sifat komutatif matematika. Kita jumpai soal perkalian 6 x 4, pada kasus tersebut 6 x 4 = 6 + 6 + 6 + 6 = 24. Itu merupakan jawaban siswa disalahkan oleh gurunya, karena sepengetahuan gurunya seharusnya 6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24. Jika kita cermati secara matematis, 6 x 4 = 4 x 6 = 24 yang selanjutnya disebut sifat komutatif perkalian. Nah berdasarkan sifat komutatif tersebut maka jawaban seorang siswa sekolah dasar tentang 6 x 4 = 6 + 6 + 6 + 6 = 24 adalah benar. Untuk 6 x 4 = 6 + 6 + 6 + 6 = 24  atau 6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24 adalah sebuah seni dalam matematika, dapat disimpulkan bahwa keduanya benar. Di Jepang malah menggunakan cara sama percis apa yang dikerjakan oleh siswa sekolah dasar tersebut, yaitu 6 x 4 = 6 + 6 + 6 + 6 = 24 sedangkan di Indonesia umumnya memakai 6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24. Malah di Amerika terdapat buku yang mengatakan bahwa perkalian itu sendiri bukan penjumlahan berulang, wah... lebih panjang lagi kalau dibahas. Disitulah contoh letak seni dalam matematika.
Matematika tidak hanya bergelut di dalam logika dan rumus, matematika telah digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan keindahan melalui pola, simetri dan struktur. Sepanjang sejarah matematika dan seni selalu berjalan beriringan, dan dengan matematika seniman dapat menghasilkan karya seni dari sudut pandang yang berbeda.
Seni dilahirkan berdasarkan kebutuhan manusia untuk mengekspresikan apa yang terjadi pada dirinya sendiri dalam mejalani kehidupannya. Seni mengkombinasikan suatu fungsi dan estetik ke dalam objek yang digunakan oleh manusia. Bentuk hasil karya seni diantaranya tulisan, lukisan, hasil pahatan dan kombinasi dari ketiganya sehingga menghasilkan karya yang sangat bervariasi. Perlu digaris bawahi bahwa seni yang dimaksud pada bahasan ini adalah seni visual, artinya yang dapat dilihat. Untuk yang sifatnya audio ataupun audio visual tidak dibahas.
Tatkala seorang pelukis menggambar sebuah box atau kotak, secara tidak disadari bahwa dia telah menggunakan konsep matematika yaitu konsep geometri sehingga terbentuk sebuah balok atau kubus. Seniman tersebut harus menuangkan benda tiga dimensi ke dalam kertas dua dimensi. Sedangkan seorang matematika dapat menganalisis sebuah karya seni berdasarkan ide-ide matematis. Seorang matematikawan dapat menyatakan bahwa sebuah motif karpet, sarung, ataupun kain batik merupakan suatu simetri dan memiliki sifat-sifat geometris tertentu karena didalamnya terkandung proses transformasi seperti pencerminan (refleksi), pergeseran (translasi), rotasi (perputaran), atau dilatasi (perkalian). Tetapi tentu saja si pembuat karpet, sarung, ataupun kain batik tidak menggunakan ide-ide tersebut dalam penciptaanya.
Matematika telah digunakan dalam berbagai kebudayaan dan membantu dalam penciptaan seni terbesar. Pada zaman dahulu dan sekarang matematika (khususnya geometri) digunakan dalam menciptakan pahatan dan lukisan yang bentuknya berpola ataupun simetris, bentuk-bentuk geometris digunakan dalam dekorasi bangunan yang megah supaya terlihat lebih indah. Malah sekarang terdapat penemuan yang lebih canggih lagi, bahwa seorang arkeolog dan antropolog dapat mengetahui umur suatu artefak melalui bentuk simetris dari benda yang ditemukan.
Dikutip dari berbagai sumber.

About the Author

I'm Dilipkumar, the founder of Wordpresstoblogger.info. This blogger Template was made by me, if you like it Subscribe to Our Feed and Follow Me on Twitter Wptoblogger

    Other Recommended Posts

0 komentar:

Posting Komentar

 
back to top